LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI
TERNAK
PERCOBAAN
II
PENENTUAN
SUHU TUBUH, PROSES MENELAN,
DAN EKSRESI
URINE PADA MANUSIA
Oleh
NAMA : SUMARNI
NIM : D1B4 11 009
KELAS : A
KELOMPOK : I (SATU)
AST. PRAKTIKUM : ANDI ALIF ABDUSSALAM
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suhu adalah
besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu
adalah termometer.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba.
Tetapi dengan
adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid. Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat.
Banyak faktor yang
dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan
suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia
diatur dengan mekanisme
umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperature hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas,
tubuh akan melakukan
mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas
toleransi tubuh untuk mempertahankan
suhu, yang disebut titik tetap (set point).
Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada
37°C. Apabila suhu tubuh
meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi
panas dan meningkatkan
pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk
menurunkan suhu tubuh yaitu
mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas.
Pada
dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi di sepanjang saluran
pencernaan dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran
makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah proses
penyerapan sari-sari makanan yang terjadi didalam usus. Kemudian proses
pengeluaran sisa-sisa makanan melalui anus. Saluran
pencernaan manusia memanjang dari mulut sampai anus, terdiri dari mulut (kaum
olis), kerongkongan (esofagus), lambung (ventlikulus), usus halus (intestinum),
usus besar (kolon), dan anus.
Urine merupakan bahan kimia yang tidak
diperlukan lagi di dalam tubuh setelah mengalami penyaringan, pada saat urine
mengalir melalui pembuluh-pembuluh kecil menuju ke pusat ginjal, urine
dikumpulkan dalam piala ginjal, dari ginjal inilah mengalir urine melalui
aliran ginjal kandungan kemih sampai tiba saatnya dikeluarkan dari dalam tubuh.
Setelah melalui proses pencernaan, akan terjadi ekskresi urin atau air seni.
Sekresi urin adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga keseimbangan
cairan tubuh. Oleh karena itu, proses-proses tersebut sangat vital pada
aktivitas dalam tubuh makhluk hidup, terutama manusia sehingga perlu untuk kita ketahui.
B. Tujuan dan Manfaat Praktikum
Tujuan
yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui
dan menentukan suhu tubuh pada manusia.
2. Untuk mengetahui
proses menelan pada pencernaan manusia.
3. Untuk mengetahui
ekskresi urine.
Manfaat
yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. agar dapat mengetahui suhu
normal pada tubuh manusia, organ apa yang berperan dalam pengaturan suhu tubuh.
2. Agar dapat mengetahui proses menelan baik secara berdiri maupun
jongkok pada sistem pencernaan manusia.
3. Agar dapat mengetahui
sekresi urine pada manusia, organ apa saja yang ikut serta dalam proses ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengaturan Suhu Tubuh Manusia
Pengaturan suhu tubuh atau thermoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan kegiatan
integrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu tubuh
melawan perubahan suhu dingin atau hangat (Myers,
1984).
Suhu tubuh mengikuti irama
sirkardian. Suhu tubuh pada siang hari rendah dan suhu tertinggi terjadi pada
pukul 16.00-18.00. Tidak ada nilai tunggal suhu tubuh untuk penetapan demam
karena perbedaan suhu di berbagai tempat di tubuh. Kisaran suhu tubuh yang
diterima di seluruh dunia untuk demam adalah suhu rektal atau anus diatas 38ºC,
suhu normal atau mulut diatas 37,5ºC, suhu
ketiak diatas 37,2ºC, suhu telinga diatas 38ºC (Anonimous, 2011).
Karena
fungsi sel peka terhadap fluktuasi suhu internal, manusia secara homeostatis
mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal bagi kelangsungan
metabolisme yang stabil. Bahkan peningkatan suhu tubuh sedikit saja sudah dapat
menimbulkan gangguan fungsi saraf dan denaturasi protein yang ireversibel. Suhu
tubuh normal secara tradisional dianggap berada pada 370C (98,60F).
Namun sebenarnya tidak ada suhu tubuh “normal” karena suhu bervariasi dari
organ ke organ. Suhu di inti bagian dalam yang terdiri dari organ-organ abdomen
dan toraks, sistem saraf pusat, serta otot rangka, umumnya relative konstan
sekitar 37,80C (1000F) . Suhu inti internal inilah yang
dianggap sebagai suhu tubuh dan menjadi subjek pengaturan ketat untuk
mempertahankan kestabilannya. Suhu kulit dapat berfluktuasi antara 200C
(680F) dan 400C (1040F) tanpa mengalami
kerusakan. Ini karena suhu kulit sengaja diubah-ubah sebagai tindakan kontrol
untuk membantu mempertahankan agar suhu di tengah tetap konstan (Sherwood,
2001).
Suhu normal rata-rata
adalah 370C (98,60F), dengan rentang normal 36,1 sampai
37, 0C (97-990F). Suhu rektum rata-rata sekitar 0,60C
(10F) lebih tinggi, yaitu 37,60C (99,70F),
berkisar dari 36,1 sampai 37,80C (97-1000F). Ukuran tersebut bukan merupakan petunjuk absolute suhu
inti internal, yang rata-rata sekitar 37,80C (1000F).
Walaupun suhu inti dipertahankan relatif konstan (Ali, 2008).
Hipotalamus
berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat intergrasi
termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai bagian
tubuh dan memulai penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam
mekanisme penambahan atau pengurangan panas sesuai dengan keperluan untuk
mengkoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari “patokan normal”. Hipotalamus
mampu berespons terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01 0C.
tingkat respons hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara
sangat cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangat sesuai
dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal (Isnaeni, 2006).
B. Sistem Pencernaan Pada Manusia
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap
organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan.
Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan (Bambang, 1994).
Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke
dalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan
memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung (Bambang, 1994). Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi
dalam 3 tahap :
1.
Tahap afferen/sensoris dimana begitu
ada makanan masuk ke dalam orofaring langsung akan berespons dan menyampaikan
perintah.
2.
Perintah diterima oleh pusat
penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi) pada trunkus solitarius
di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses menelan) dan
nukleus ambigius yang berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke motor
neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.
3.
Tahap efferen/motorik yang
menjalankan perintah.
Otot kerongkongan dapat
berkontraksi secara bergelombang sehingga dapat mendorong makanan masuk ke
dalam lambung, gerak kerongkongan ini di sebut gerak peristalis. Gerak
peristalis merupakan gerak kembang kempis kerongkongan untuk mendorong makanan
ke dalam lambung. Makanan di dalam kerongkongan hanya sekitar enam detik.
Bagian pangkal kerongkongan ( paring ) berotot lurik, artinya kita menelan
makanan jika telah di kunyah sesuai dengan kehendak kita. Akan tetapi, sesudah
proses penelanan sehingga mengeluarkan proses. Kerja otot-otot organ pencernaan
selanjutnya tidak menurut kehendak kita ( tidak di sadari ) (Anonimous, 2011).
Proses pencernaan makanan di
dalam tubuh ada dua macam, yaitu proses pencernaan mekanis
dan proses pencernaa kimiawi. Proses pencernaan mekanis adalah pemecahan atau penghancuran makanan secara fisik atau
proses pencampuran makanan dengan getah (enzim). Contohnya gigi memotong –
motong dan mengunyah makanan, lidah, otot-otot lambung dan usus yang mencampur
makanan dengan enzim, gerak yang mendorong makanan dari kerongkongan sampai ke
usus (gerak peristaltik). Proses pencernaan kimiawi adalah proses pemecahan makanan
dari molekul kompleks menjadi molekul-molekul yang sederhana dengan bantuan
getah pencernaan (enzim) yang dihasilkan oleh kelenjar pencernaan. Sistem
pencernaan pada manusia umumnya hampir sama dengan hewan vertebrata lain yang
terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri
dari alat-alat pencernaan yang berhubungan langsung dengan proses pencernaan
mekanis dan kimiawi. Saluran pencernaan pada manusia terdiri dari mulut,
kerongkongan (esophagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum tenue), usus
besar (kolon) dan anus. Kelenjar pencernaan merupakan organ yang menghasilkan
berbagai enzim yang membantu proses pencernaan makanan (Anonimous, 2011).
Gambar 1. Sistem pencernaan pada
manusia (Wikipedia, 2000)
C. Ekskresi Urin pada Manusia
Secara umum
urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin
kental berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih.
Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika
dibiarkan agak lama berbau ammonia. pH urin berkisar antara 4,8 – 7,5 urin akan
menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein, dan urin akan menjadi
lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035. Volume
urin normal per hari adalah 900–1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak
faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alkohol, dan kopi), jumlah air
minum, hormon ADH, dan emosi (Basoeki, 2000).
Urine yang
dikeluarkan oleh tubuh dalam sehari dapat berjumlah 900-1500 ml/24 jam,
bervariasi dengan asupan cairan dan jumlah kehilangan cairan melalui rute lain.
Rata-rata berat jenis urine berkisar antara 1,002-1,030 (petunjuk jumlah zat
yang terlarut dalam urine). Urine bersifat asam dengan pH sekitar 6,0 (dengan
diet biasa). Warna yang ditimbulkan oleh urine merupakan penaruh dari urokrom yang
pigmen asalnya tidak pasti. Komposisi dari urine, yaitu air, urea 20-30 gr/jam,
asam urat 0,6 gr/24 jam, kretinin 1-2 gr/24 jam, ammonia, natrium, klorida,
kalium, sulfat, serta fosfat (Anonimous, 2011).
Nama
|
Proses yang
Terjadi
|
Contoh
Molekul yang di Proses
|
Filtrasi di glomerolus
|
darah mengalir masuk ke glomerolus. darah mengalami proses
filtrasi
|
air, glukosa, asam amino, garam,
urea, dan amonia
|
Reabsorbsi di Tubulus
|
terjadi difusi dan transpor aktif
molekul-molekul dari tubulus kontortus proksimal kearah
|
air, glukosa, asam amino, dan garam,
|
sekresi di tubulus
|
terjadi transpor aktif
molekul-molekul dari darah ke tubulus kontortus distal
|
amonia, ion
hidrogen, penisilin, dan asam urat.
|
reabsorbsi
air
|
terjadi reabsorbsi air di sepanjang
tubulus ter-utama di duktus kolektivus.
|
garam dan air
|
eskresi
|
terbentuk urine yang se-
sungguhnya.
|
air, garam, urea, amonium, dan asam
urat
|
Tabel 3. Tahapan pembentukan urine
Secara
umum ada 3 proses utama yaitu filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubulus dan yang
terakhir adalah sekresi tubulus (Sherwood, 2001). Interpretasi warna urin dapat
menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang :
a. Keruh, kekeruhan pada urin disebabkan adanya
partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau
Kristal-kristal mineral.
b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya
disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi
dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di
system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau
pembengkakkan kelenjar prostat.
c.
Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya
kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.
d.
Kuning gelap, warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang
banyak terdapat dalam minuman berenergi.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum
ini di laksanakan pada hari Kamis tanggal
17 Mei 2012 pukul
10.00-11.40 WITA dan bertempat di
Laboratorium Reproduksi Jurusan
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum
penentuan suhu tubuh, proses menelan dan eksresi urine pada manusia dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaannya pada praktikum penentuan
suhu tubuh, proses
menelan dan eksresi urine pada manusia
No.
|
Alat
|
Kegunaan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Thermometer
Tabung reaksi
Kertas pH
Alat tulis
Kamera
|
Untuk mengukur suhu tubuh
Untuk tempat menyimpan
urine
Untuk mengukur pH urine
Mencatat hasil pengamatan
Mendokumentasikan proses praktikum
|
Bahan yang digunakan pada praktikum
penentuan suhu tubuh, proses menelan dan eksresi urine pada manusia dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaannya pada praktikum penentuan
suhu tubuh, proses
menelan dan eksresi urine pada manusia
No.
|
Bahan
|
Kegunaan
|
1.
2.
3.
|
Air (hangat dan dingin)
Alkohol
Pisang
|
Sebagai bahan praktikum untuk penentuan suhu tubuh
Untuk mensterilkan
Sebagai bahan praktikum untuk proses menelen
|
C. Prosedur Kerja
1.
Proses Menelan Pada Manusia
a. Mengambil sebuah pisang, kemudian memakanya kemudian
menelan pisang tersebut dalam posisi jongkok
b. Menelannya pada posisi
duduk
c. Mencatat
kejadian dari kedua posisi tersebut
2.
Menentukan Suhu Tubuh Manusia
a.
Menyiapkan
termo meter untuk mengukur suhu
b.
Mengukur
suhu tubuh normal melalui mulut dan ketiak
c.
Mengukur
suhu tubuh setelah berkumur dengan air aquades pada tempat yang
sama (poin kedu) dan di catat yang di peroleh
3.
Ekskresi urine
a.
Menyimpan didalam tabung reaksi
b. Mengukur kedua PH urin tersebut, setelah pH diketahui kedua praktikan tersebut
c. Masing-masing
minum segelas teh dan segelas aquades
d. Menyuruh kedunya buang
urine lagi setelah 30 menit, lalu disimpan didalam tabung reaksi
e. Mengukur pH kedua urine tersebut
f. Mencatat pH yang diperoleh
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penentuan Suhu Tubuh Manusia
Hasil pengamatan pada praktikum
penentuan suhu tubuh manusia dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengamatan pada praktikum penentuan suhu
tubuh manusia
No.
|
Perlakuan
|
Hasil (°C)
|
1.
2.
|
Pengukuran suhu pada mulut
Sebelum minum
Setelah minum air mineral
Setelah minum air teh
Pengukuran suhu pada ketiak
Setelah minum air teh
|
35,5
35,2
34,9
36,3
|
Berdasarkan hasil pengamatan pengukuran suhu tubuh
melalui mulut yaitu sebelum minum 35,5°C pada mulut, setelah diberi perlakuan yaitu
minum air mineral suhu tubuh menjadi 35,2°C pada mulut, kemudian setelah minum
air teh manis suhu tubuh menjadi 34,9°C dalam mulut. Hal tersebut menandakan
bahwa setelah minum air mineral ataupun air teh suhu tubuh kita dapat turun
karena mekanisme pengatur suhu tidak 100% efektif, suhu inti
dapat sedikit berubah-ubah jika tubuh terpajan ke suhu
yang ekstrim. Dengan demikian, suhu inti dapat bervariasi antara sekitar 35,60C
sampai 400C (960F-1040F), tetapi biasanya
menyimpang kurang dari beberapa derajat. Nilai yang relatif konstan ini
dimungkinkan oleh adanya berbagai mekanisme termoregulatorik yang
dikoordinasikan oleh hipotalamus. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Isnaeni (2006) bahwa perubahan suhu tubuh diakibatkan adanya
hipotalamus yang berfungsi
sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat intergrasi termoregulasi
tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai bagian tubuh dan
memulai penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme
penambahan atau pengurangan panas sesuai dengan keperluan untuk mengkoreksi
setiap penyimpangan suhu inti dari “patokan normal”. Hipotalamus mampu
berespons terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01 0C. tingkat
respons hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara sangat
cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangat sesuai dengan
kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal.
B. Proses
Menelan pada Manusia
Hasil pengamatan pada praktikum
proses menelan pada manusia dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil pengamatan pada praktikum proses menelan pada manusia
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Menelan dengan posisi beridiri normal
|
Posisi mulut lebih tinggi dari posisi
lambung, sehingga makanan lebih cepat sampai ke lambung
|
2.
|
Menelan dengan posisi jongkok
|
Posisi mulut lebih rendah dari posisi
lambung, sehingga bolus lebih lambat sampai ke lambung
|
Hasil pengamatan pada
proses menelan dengan posisi normal menunjukkan bahwa posisi mulut lebih tinggi
dari posisi lambung, sehingga proses menelan lancar. Sedangkan proses menelan
dengan posisi jongkok sulit dalam menelan dikarenakan mulut lebih rendah
dibandingkan dengan lambung sehingga makanan tidak lancar sampai ke lambung
karena tidak terjadi gerak peristaltik. Hal ini
tidak jauh berbeda dengan pernyataan Anonimous (2011), otot kerongkongan dapat
berkontraksi secara bergelombang sehingga dapat mendorong makanan masuk ke
dalam lambung, gerak kerongkongan ini di sebut gerak peristalis. Gerak
peristalis merupakan gerak kembang kempis kerongkongan untuk mendorong makanan
ke dalam lambung. Makanan di dalam kerongkongan hanya sekitar enam detik.
Bagian pangkal kerongkongan ( paring ) berotot lurik, artinya kita menelan
makanan jika telah di kunyah sesuai dengan kehendak kita. Akan tetapi, sesudah
proses penelanan sehingga mengeluarkan proses. Kerja otot-otot organ pencernaan
selanjutnya tidak menurut kehendak kita (tidak di sadari) .
C. Ekskresi Urine pada Manusia
Hasil pengamatan pada
praktikum proses ekskresi urine pada manusia dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil pengamatan pada
proses ekskresi urine pada manusia
No.
|
Perlakuan
|
Hasl (pH)
|
1.
|
Sebelum minum
|
6
|
2.
|
Setelah minum air mineral
|
6
|
3.
|
Setelah minum air teh
|
6
|
Berdasarkan hasil pengamatan pada ekskresi
urine dengan melakukan pengukuran pH urine, sebelum diberi perlakuan pH urine 6
(asam), setelah minum air mineral pH urine tetap 6 (asam), sama halnya pada
saat minum air teh manis pH urine tetap 6 (asam). Hal ini
disebabkan karena belum terjadinya proses metabolisme dari teh gelas yang telah
diminum, akan tetapi pH bisa saja terjadi perubahan, jika teh gelas tersebut
telah di cerna dalam tubuh, karena mengandung
zat-zat tertentu yang dapat mempengaruhi pH normal urine. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonimous (2011) bahwa rata-rata
berat jenis urine berkisar antara 1,002-1,030 (petunjuk jumlah zat yang
terlarut dalam urine). Urine bersifat asam dengan pH sekitar 6,0 (dengan diet
biasa). Warna yang ditimbulkan oleh urine merupakan penaruh dari urokrom yang
pigmen asalnya tidak pasti. Komposisi dari urine, yaitu air, urea 20-30 gr/jam,
asam urat 0,6 gr/24 jam, kretinin 1-2 gr/24 jam, ammonia, natrium, klorida,
kalium, sulfat, serta fosfat (Anonimous, 2011).
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Suhu tubuh normal manusia antara
36,5oC
dan 37,5oC,
pengambilan suhu di bawah lidah (dalam mulut) normal sekitar 37oC, sedangkan suhu
lengan (ketiak) sekitar 36.5oC sedang di rektum (anus) sekitar 37,5oC.
2. Posisis tubuh sangat
menentukan cepat atau lambatnya proses menelan makanan karena adanya gerakan peristaltik
yaitu gerak kembang kempis kerongkongan untuk mendorong makanan ke dalam
lambung.
3. Rata-rata
berat jenis urine berkisar antara 1,002-1,030 (petunjuk jumlah zat yang
terlarut dalam urine). Urine bersifat asam dengan pH sekitar 6,0 (dengan diet biasa).
B. Saran
Saran yang
dapat saya ajukan dari praktikum ini adalah agar penyediaan alat praktikum ini
dilengkapi, sehingga proses pelaksanaannya berjalan dengan efisiendan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Ali. 2008. Suhu, (online), (http://iqbalali.com/2008/02/10/urinalisis-analisis-kemih). diakses 19
Mei 2012).
Anonimous. 2011. Sistem pencernaan, (online) (http://upload.wikimedia.org/wikipedi diakses 19 Mei 2012).
Basoeki. 2000. Fisiologi Kardiovaskuler dan Pathogisiologinya. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Bambang. 1994. Anatomi & Fisiologi Manusia.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Isnaeni. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam 3. Galaxy Puspa Mega. Jakarta.
Myers. 1984. Kamus Kedokteran. Pireksia. Jakarta.
Sherwood,
L. 2001. Fisiologi Manusia dari
Sel ke Sistem, Edisi ke 2. Jakarta. EGC.