Senin, 04 Juni 2012

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK DASAR


LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK
PERCOBAAN II

PENENTUAN SUHU TUBUH, PROSES MENELAN, DAN EKSRESI URINE PADA MANUSIA

 


                                                                         Oleh
 
   NAMA                                                :  SUMARNI
NIM                                                     :  D1B4 11 009
KELAS                                                :  A
KELOMPOK                                      :  I (SATU)
AST. PRAKTIKUM                           :  ANDI ALIF ABDUSSALAM


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012





I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
                        Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid. Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperature hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point).
                        Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas.
       Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi di sepanjang saluran pencernaan dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah proses penyerapan sari-sari makanan yang terjadi didalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa-sisa makanan melalui anus. Saluran pencernaan manusia memanjang dari mulut sampai anus, terdiri dari mulut (kaum olis), kerongkongan (esofagus), lambung (ventlikulus), usus halus (intestinum), usus besar (kolon), dan anus.
Urine merupakan bahan kimia yang tidak diperlukan lagi di dalam tubuh setelah mengalami penyaringan, pada saat urine mengalir melalui pembuluh-pembuluh kecil menuju ke pusat ginjal, urine dikumpulkan dalam piala ginjal, dari ginjal inilah mengalir urine melalui aliran ginjal kandungan kemih sampai tiba saatnya dikeluarkan dari dalam tubuh.
Setelah melalui proses pencernaan, akan terjadi ekskresi urin atau air seni. Sekresi urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh. Oleh karena itu, proses-proses tersebut sangat vital pada aktivitas dalam tubuh makhluk hidup, terutama manusia sehingga perlu untuk kita ketahui.

B. Tujuan dan Manfaat Praktikum
                        Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menentukan suhu tubuh pada manusia.
2. Untuk mengetahui proses menelan pada pencernaan manusia.
3. Untuk mengetahui ekskresi urine.
                        Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. agar dapat mengetahui suhu normal pada tubuh manusia, organ apa yang berperan dalam pengaturan suhu tubuh.
2.  Agar dapat mengetahui  proses menelan baik secara berdiri maupun jongkok pada sistem pencernaan manusia.
3. Agar dapat mengetahui sekresi urine pada manusia, organ apa saja yang ikut serta dalam proses ini.



II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengaturan Suhu Tubuh Manusia
Pengaturan suhu tubuh atau thermoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan kegiatan integrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu tubuh melawan perubahan suhu dingin atau hangat   (Myers, 1984).
Suhu tubuh mengikuti irama sirkardian. Suhu tubuh pada siang hari rendah dan suhu tertinggi terjadi pada pukul 16.00-18.00. Tidak ada nilai tunggal suhu tubuh untuk penetapan demam karena perbedaan suhu di berbagai tempat di tubuh. Kisaran suhu tubuh yang diterima di seluruh dunia untuk demam adalah suhu rektal atau anus diatas 38ºC, suhu normal atau mulut diatas 37,5ºC, suhu ketiak diatas 37,2ºC, suhu telinga diatas 38ºC (Anonimous, 2011).
Karena fungsi sel peka terhadap fluktuasi suhu internal, manusia secara homeostatis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal bagi kelangsungan metabolisme yang stabil. Bahkan peningkatan suhu tubuh sedikit saja sudah dapat menimbulkan gangguan fungsi saraf dan denaturasi protein yang ireversibel. Suhu tubuh normal secara tradisional dianggap berada pada 370C (98,60F). Namun sebenarnya tidak ada suhu tubuh “normal” karena suhu bervariasi dari organ ke organ. Suhu di inti bagian dalam yang terdiri dari organ-organ abdomen dan toraks, sistem saraf pusat, serta otot rangka, umumnya relative konstan sekitar 37,80C (1000F) . Suhu inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh dan menjadi subjek pengaturan ketat untuk mempertahankan kestabilannya. Suhu kulit dapat berfluktuasi antara 200C (680F) dan 400C (1040F) tanpa mengalami kerusakan. Ini karena suhu kulit sengaja diubah-ubah sebagai tindakan kontrol untuk membantu mempertahankan agar suhu di tengah tetap konstan (Sherwood, 2001).
Suhu normal rata-rata adalah 370C (98,60F), dengan rentang normal 36,1 sampai 37, 0C (97-990F). Suhu rektum rata-rata sekitar 0,60C (10F) lebih tinggi, yaitu 37,60C (99,70F), berkisar dari 36,1 sampai 37,80C (97-1000F). Ukuran tersebut bukan merupakan petunjuk absolute suhu inti internal, yang rata-rata sekitar 37,80C (1000F). Walaupun suhu inti dipertahankan relatif konstan        (Ali, 2008).
Hipotalamus berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat intergrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai bagian tubuh dan memulai penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme penambahan atau pengurangan panas sesuai dengan keperluan untuk mengkoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari “patokan normal”. Hipotalamus mampu berespons terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01 0C. tingkat respons hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara sangat cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangat sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal (Isnaeni, 2006).

B. Sistem Pencernaan Pada Manusia
            Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan (Bambang, 1994).
          Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung (Bambang, 1994). Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :
1.    Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring langsung akan berespons dan menyampaikan perintah.
2.    Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi) pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses menelan) dan nukleus ambigius yang berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke motor neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.
3.      Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah.
          Otot kerongkongan dapat berkontraksi secara bergelombang sehingga dapat mendorong makanan masuk ke dalam lambung, gerak kerongkongan ini di sebut gerak peristalis. Gerak peristalis merupakan gerak kembang kempis kerongkongan untuk mendorong makanan ke dalam lambung. Makanan di dalam kerongkongan hanya sekitar enam detik. Bagian pangkal kerongkongan ( paring ) berotot lurik, artinya kita menelan makanan jika telah di kunyah sesuai dengan kehendak kita. Akan tetapi, sesudah proses penelanan sehingga mengeluarkan proses. Kerja otot-otot organ pencernaan selanjutnya tidak menurut kehendak kita ( tidak di sadari ) (Anonimous, 2011).
          Proses pencernaan makanan di dalam tubuh ada dua macam, yaitu proses pencernaan mekanis dan proses pencernaa kimiawi. Proses pencernaan mekanis adalah pemecahan atau penghancuran makanan secara fisik atau proses pencampuran makanan dengan getah (enzim). Contohnya gigi memotong – motong dan mengunyah makanan, lidah, otot-otot lambung dan usus yang mencampur makanan dengan enzim, gerak yang mendorong makanan dari kerongkongan sampai ke usus (gerak peristaltik). Proses pencernaan kimiawi adalah proses pemecahan makanan dari molekul kompleks menjadi molekul-molekul yang sederhana dengan bantuan getah pencernaan (enzim) yang dihasilkan oleh kelenjar pencernaan. Sistem pencernaan pada manusia umumnya hampir sama dengan hewan vertebrata lain yang terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari alat-alat pencernaan yang berhubungan langsung dengan proses pencernaan mekanis dan kimiawi. Saluran pencernaan pada manusia terdiri dari mulut, kerongkongan (esophagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum tenue), usus besar (kolon) dan anus. Kelenjar pencernaan merupakan organ yang menghasilkan berbagai enzim yang membantu proses pencernaan makanan (Anonimous, 2011).









Gambar 1. Sistem pencernaan pada manusia (Wikipedia, 2000)
C. Ekskresi Urin pada Manusia
            Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. pH urin berkisar antara 4,8 – 7,5 urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein, dan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035. Volume urin normal per hari adalah 900–1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alkohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi (Basoeki, 2000).
Urine yang dikeluarkan oleh tubuh dalam sehari dapat berjumlah 900-1500 ml/24 jam, bervariasi dengan asupan cairan dan jumlah kehilangan cairan melalui rute lain. Rata-rata berat jenis urine berkisar antara 1,002-1,030 (petunjuk jumlah zat yang terlarut dalam urine). Urine bersifat asam dengan pH sekitar 6,0 (dengan diet biasa). Warna yang ditimbulkan oleh urine merupakan penaruh dari urokrom yang pigmen asalnya tidak pasti. Komposisi dari urine, yaitu air, urea 20-30 gr/jam, asam urat 0,6 gr/24 jam, kretinin 1-2 gr/24 jam, ammonia, natrium, klorida, kalium, sulfat, serta fosfat (Anonimous, 2011).




Nama
Proses yang Terjadi
Contoh Molekul yang di Proses
Filtrasi di glomerolus
darah mengalir masuk  ke glomerolus. darah mengalami proses filtrasi
air, glukosa, asam amino, garam, urea, dan amonia
Reabsorbsi di Tubulus
terjadi difusi dan transpor aktif molekul-molekul dari tubulus kontortus proksimal kearah
air, glukosa, asam amino,  dan garam,
sekresi di tubulus
terjadi transpor aktif molekul-molekul dari darah ke tubulus kontortus distal
amonia, ion hidrogen, penisilin, dan asam urat.
reabsorbsi air
terjadi reabsorbsi air di sepanjang tubulus ter-utama di duktus kolektivus.
garam dan air
eskresi
terbentuk urine yang se- sungguhnya.  
air, garam, urea, amonium, dan asam urat
Tabel 3. Tahapan pembentukan urine

            Secara umum ada 3 proses utama yaitu filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubulus dan yang terakhir adalah sekresi tubulus (Sherwood, 2001). Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang :
a.  Keruh, kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.
b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat.
c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.
d. Kuning gelap, warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.

III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum ini di laksanakan pada hari Kamis tanggal 17 Mei 2012 pukul 10.00-11.40 WITA dan bertempat di Laboratorium Reproduksi Jurusan Peternakan  Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo,  Kendari.

B. Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada praktikum penentuan suhu tubuh, proses menelan dan eksresi urine pada manusia dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaannya pada praktikum penentuan suhu tubuh, proses
menelan dan eksresi urine pada manusia
No.
Alat
Kegunaan
1.
2.
3.
4.
5.
Thermometer
Tabung reaksi
Kertas pH
Alat tulis
Kamera
Untuk mengukur suhu tubuh
Untuk  tempat menyimpan urine
Untuk mengukur pH urine
Mencatat hasil pengamatan
Mendokumentasikan proses praktikum

            Bahan yang digunakan pada praktikum penentuan suhu tubuh, proses menelan dan eksresi urine pada manusia dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaannya pada praktikum penentuan suhu tubuh, proses
menelan dan eksresi urine pada manusia
No.
Bahan
Kegunaan
1.

2.
3.
Air (hangat dan dingin)

Alkohol
Pisang
Sebagai bahan praktikum untuk penentuan suhu tubuh
Untuk mensterilkan
Sebagai bahan praktikum untuk proses menelen



C. Prosedur Kerja
1.        Proses Menelan Pada Manusia
a.       Mengambil sebuah pisang, kemudian memakanya kemudian menelan pisang tersebut dalam posisi jongkok
b.      Menelannya pada posisi duduk
c.       Mencatat kejadian dari kedua posisi tersebut
2.        Menentukan Suhu Tubuh Manusia
a.       Menyiapkan termo meter untuk mengukur suhu
b.      Mengukur suhu tubuh normal melalui mulut dan ketiak
c.       Mengukur suhu tubuh setelah berkumur dengan air aquades pada tempat yang sama (poin kedu) dan di catat yang di peroleh
3.        Ekskresi urine
a.       Menyimpan didalam tabung reaksi
b.      Mengukur kedua PH urin tersebut, setelah pH diketahui kedua praktikan tersebut
c.       Masing-masing minum segelas teh dan segelas aquades
d.      Menyuruh kedunya buang urine lagi setelah 30 menit, lalu disimpan didalam tabung reaksi
e.       Mengukur pH kedua urine tersebut
f.       Mencatat pH yang diperoleh










IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penentuan Suhu Tubuh Manusia
            Hasil pengamatan pada praktikum penentuan suhu tubuh manusia dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengamatan pada praktikum penentuan suhu tubuh manusia
No.
Perlakuan
Hasil (°C)
1.



2.

Pengukuran suhu pada mulut
Sebelum minum
Setelah minum air mineral
Setelah minum air teh
Pengukuran suhu pada ketiak
Setelah minum air teh

35,5
35,2
34,9

36,3

                  Berdasarkan hasil pengamatan pengukuran suhu tubuh melalui mulut yaitu sebelum minum 35,5°C pada mulut, setelah diberi perlakuan yaitu minum air mineral suhu tubuh menjadi 35,2°C pada mulut, kemudian setelah minum air teh manis suhu tubuh menjadi 34,9°C dalam mulut. Hal tersebut menandakan bahwa setelah minum air mineral ataupun air teh suhu tubuh kita dapat turun karena mekanisme pengatur suhu tidak 100% efektif, suhu inti dapat sedikit berubah-ubah jika tubuh terpajan ke suhu yang ekstrim. Dengan demikian, suhu inti dapat bervariasi antara sekitar 35,60C sampai 400C (960F-1040F), tetapi biasanya menyimpang kurang dari beberapa derajat. Nilai yang relatif konstan ini dimungkinkan oleh adanya berbagai mekanisme termoregulatorik yang dikoordinasikan oleh hipotalamus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Isnaeni (2006) bahwa perubahan suhu tubuh diakibatkan adanya hipotalamus yang berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat intergrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai bagian tubuh dan memulai penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme penambahan atau pengurangan panas sesuai dengan keperluan untuk mengkoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari “patokan normal”. Hipotalamus mampu berespons terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01 0C. tingkat respons hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara sangat cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangat sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal.

B. Proses Menelan pada Manusia
            Hasil pengamatan pada praktikum proses menelan pada manusia dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil pengamatan pada praktikum proses menelan pada manusia
No.
Perlakuan
Hasil
1.
Menelan dengan posisi beridiri normal
Posisi mulut lebih tinggi dari posisi lambung, sehingga makanan lebih cepat sampai ke lambung
2.
Menelan dengan posisi jongkok
Posisi mulut lebih rendah dari posisi lambung, sehingga bolus lebih lambat sampai ke lambung


                        Hasil pengamatan pada proses menelan dengan posisi normal menunjukkan bahwa posisi mulut lebih tinggi dari posisi lambung, sehingga proses menelan lancar. Sedangkan proses menelan dengan posisi jongkok sulit dalam menelan dikarenakan mulut lebih rendah dibandingkan dengan lambung sehingga makanan tidak lancar sampai ke lambung karena tidak terjadi gerak peristaltik. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pernyataan Anonimous (2011), otot kerongkongan dapat berkontraksi secara bergelombang sehingga dapat mendorong makanan masuk ke dalam lambung, gerak kerongkongan ini di sebut gerak peristalis. Gerak peristalis merupakan gerak kembang kempis kerongkongan untuk mendorong makanan ke dalam lambung. Makanan di dalam kerongkongan hanya sekitar enam detik. Bagian pangkal kerongkongan ( paring ) berotot lurik, artinya kita menelan makanan jika telah di kunyah sesuai dengan kehendak kita. Akan tetapi, sesudah proses penelanan sehingga mengeluarkan proses. Kerja otot-otot organ pencernaan selanjutnya tidak menurut kehendak kita (tidak di sadari) .


                                                                                                                                   
C. Ekskresi Urine pada Manusia
            Hasil pengamatan pada praktikum proses ekskresi urine pada manusia dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil pengamatan pada proses ekskresi urine pada manusia
No.
Perlakuan
Hasl (pH)
1.
Sebelum minum
6
2.
Setelah minum air mineral
6
3.
Setelah minum air teh
6


  Berdasarkan hasil pengamatan pada ekskresi urine dengan melakukan pengukuran pH urine, sebelum diberi perlakuan pH urine 6 (asam), setelah minum air mineral pH urine tetap 6 (asam), sama halnya pada saat minum air teh manis pH urine tetap 6 (asam). Hal ini disebabkan karena belum terjadinya proses metabolisme dari teh gelas yang telah diminum, akan tetapi pH bisa saja terjadi perubahan, jika teh gelas tersebut telah di cerna dalam tubuh,  karena mengandung zat-zat tertentu yang dapat mempengaruhi pH normal urine. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonimous (2011) bahwa rata-rata berat jenis urine berkisar antara 1,002-1,030 (petunjuk jumlah zat yang terlarut dalam urine). Urine bersifat asam dengan pH sekitar 6,0 (dengan diet biasa). Warna yang ditimbulkan oleh urine merupakan penaruh dari urokrom yang pigmen asalnya tidak pasti. Komposisi dari urine, yaitu air, urea 20-30 gr/jam, asam urat 0,6 gr/24 jam, kretinin 1-2 gr/24 jam, ammonia, natrium, klorida, kalium, sulfat, serta fosfat (Anonimous, 2011).










V. PENUTUP
A. Kesimpulan
            Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Suhu tubuh normal manusia antara 36,5oC dan 37,5oC, pengambilan suhu di bawah lidah (dalam mulut) normal sekitar 37oC, sedangkan suhu lengan (ketiak) sekitar 36.5oC sedang di rektum (anus) sekitar 37,5oC.
2. Posisis tubuh sangat menentukan cepat atau lambatnya proses menelan         makanan karena adanya gerakan peristaltik yaitu gerak kembang kempis kerongkongan untuk mendorong makanan ke dalam lambung.
3. Rata-rata berat jenis urine berkisar antara 1,002-1,030 (petunjuk jumlah zat      yang terlarut dalam urine). Urine bersifat asam dengan pH sekitar 6,0 (dengan      diet biasa).

B. Saran
                 Saran yang dapat saya ajukan dari praktikum ini adalah agar penyediaan alat praktikum ini dilengkapi, sehingga proses pelaksanaannya berjalan dengan efisiendan lancar.


DAFTAR PUSTAKA
Ali. 2008. Suhu, (online), (http://iqbalali.com/2008/02/10/urinalisis-analisis-kemih). diakses 19 Mei  2012).

Anonimous. 2011. Sistem pencernaan, (online)          (http://upload.wikimedia.org/wikipedi diakses  19 Mei 2012).

Basoeki. 2000. Fisiologi Kardiovaskuler dan Pathogisiologinya. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.                

Bambang. 1994. Anatomi & Fisiologi Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Isnaeni. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam 3. Galaxy Puspa Mega. Jakarta.

Myers. 1984.  Kamus Kedokteran. Pireksia. Jakarta.
     
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi ke 2. Jakarta. EGC.